Pages - Menu

Wednesday 27 October 2010

SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI
PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN
SERIBU
MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN
ABSTRAK
MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN. Sebaran Lokal Asteroidea di Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan PRADINA PURWATI.

Penelitian ekologis tentang bintang laut anggota famili Asteroidea dilakukan pada tahun 2007 di Pulau Tikus Kepulauan Seribu. Tujuan penelitian adalah membandingkan densitas Asteroidea berdasarkan metode transek dan metode pemetaan, serta memperkirakan jumlah dan habitat Archaster typicus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di P. Tikus sebelah selatan terdapat 4 jenis
Asteroidrea yaitu A. typicus, Linckia laevigata, Culcita novaeguinea dan Nordoa tuberculata. A. typicus merupakan spesies yang dominan. Densitas Asteroidea yang diperoleh dari metode pemetaan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas hasil teknik transek. Selain itu, penggunaan metode pemetaan memungkinkan diperolehnya informasi tipe sebaran dari setiap jenis Asteroidea. A.typicus
cenderung menempati area berdekatan dengan darat, dengan tutupan lamun 0- 30% dan ukuran partikel substrat 0,5-2 mm. Studi ini menunjukkan bahwa teknik pemetaan memberikan data jumlah individu yang lebih akurat dan pola penyebaran tiap populasi di Pulau Tikus.

ABSTRACT
MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN. Local Distribution of Asteroidea in Tikus Island, Pari Island Group, Seribu Islands. Supervised by TRI ATMOWIDI and PRADINA PURWATI.

Ecological studies on Asteroidea have been conducted at Tikus Island, Seribu Islands in 2007. The objestives were to compare asteroid densities based on mapping and transect technique, and to estimate individual number and habitat characteristics of Archaster typicus. The results showed that the sothern shallow waters of Tikus Island deposited 4 asteroid species, which were A. typicus, Linckia laevigata, Culcita novaeguinea and Nordoa tuberculata. The first mentioned species was found in groups with the highest individual number. Applying mapping techniques resulted in higher density than transect one, and provided the distribution pattern of each population. A. typicus tended to occupy area closer to the land, where the coverage of seagrass ranged from 0 to 30% with dominant particle size of the sediment 0,5-2 mm. This study showed that mapping technique provided more accurate data on individual numbers and distribution pattern of each population in Tikus Island.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Asteroidea atau bintang laut termasuk dalam filum Echinodermata. Hewan ini umumnya berbentuk menjari dan mempunyai skeleton eksternal yang disusun oleh lempengan-lempengan (plates). Lempengan-lempengan skeleton ini dibentuk dari bahan kristal kalsit, yang menyebabkan tubuh bintang laut kaku dan keras saat kering (Brusca & Brusca 1990). Seperti anggota Echinodemata yang lain, Asteroidea memiliki sistem transport air (water vascular system) yang berfungsi dalam respirasi, lokomosi, dan sensor (Groves & Hunt 1980).
Di Indonesia diperkirakan ada 64 jenis bintang laut. Hewan-hewan ini umumnya ditemukan pada daerah berpasir seperti anggota Astropecten, daerah padang lamun seperti anggota Protoreaster dan daerah berkarang atau terumbu karang seperti jenis Acanthaster planci yang dikenal sebagai
pemangsa polip koral (Aziz 1981; Susetiono 2004). Bintang laut hidup di dasar laut, bentuknya mengikuti kontur permukaan bebatuan. Pada umumnya hewan ini selalu menempati daerah yang digenangi air. Pada beberapa habitat yang mengalami kekeringan pada saat air surut, terjadi beberapa penyesuaian, antara lain pembenaman diri dalam pasir (Groves & Hunt 1980, Aziz 1981).
Menurut Aziz (1997), beberapa jenis bintang laut menyukai dasar berlumpur, ini berkaitan dengan kebiasaan makannya sebagai pemakan endapan (deposit feeder). Anggota yang lain menyukai perairan yang bersih dan jernih (Pearson & Rosenberg 1978 dalam Aziz 1997). Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, 16 jenis bintang laut telah teridentifikasi. Mereka hidup di daerah berpasir (3 jenis), padang lamun (4 jenis), daerah pertumbuhan algae (8 jenis), dan bagian tubir (9 jenis) (Aziz 1981).
Penelitian bintang laut di Indonesia masih jarang dilakukan. Informasi kelompok hewan ini biasanya merupakan hasil studi ekologi dan dipublikasikan sebagai bagian dari filum Echinodermata (Aziz 1980; Aziz 1981; Robert dan Darsono 1984; Jangoux et al. 1989; Lumingas 1996; Yusron dan Susetiono 2006).
Dalam menghitung besarnya populasi bintang laut, kebanyakan peneliti di Indonesia tidak menggunakan transek pendahuluan untuk menentukan berapa luas kuadran yang representatif untuk biota dan habitat yang dipilih. Dari beberapa penelitian, luas kuadran 1 m2 sering dipakai
untuk analisis sebaran individu beberapa kelompok anggota Echinodermata (Rajab dan Yusron 1994; Prahoro et al. 1992; Darsono & Aziz 2001; Yusron 2007). Teknik ini juga sangat umum dilakukan pada biota lain seperti Moluska (Cappenberg dan Pangabean 2005; Cappenberg 2006; Dody et al. 2000).
Hasil penghitungan populasi dapat berbeda jika metode yang digunakan berbeda. Metode pemetaan dilakukan dengan cara menandai lokasi setiap hewan yang ditemukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Metode ini telah diterapkan pada timun laut (Holothuroidea) di perairan Lombok Barat (Purwati 2006). Keuntungan menggunakan metode pemetaan antara lain tidak mengulang penghitungan individu yang sama, mengetahui distribusi lokal setiap spesies yang ada dan memberi batasan mikrohabitat setiap spesies. Mengingat mobilitas dan ukuran tubuh yang relative sama dengan timun laut, maka metode pemetaan dapat diterapkan untuk analisis sebaran individu bintang laut. Dalam penelitian ini digunakan dua metode, yaitu metode transek yang telah populer, dan metode pemetaan dengan GPS yang relatif baru dan belum banyak digunakan. Metode pemetaan member kemungkinan untuk meneliti microhabitat suatu populasi, sehingga dalam penelitian ini dilakukan juga observasi karakter mikrohabitat salah satu jenis bintang laut yang ditemukan dominan.

DOWNLOAD FULL PAGE PDF : KLIK HERE

WILL BUY BOOKS : KLIK THIS PICTURE

 

No comments: